Selamat Datang di Blog Guru Berbagi SMP Negeri 2 Kayen
<< Berkarakter Menyenangkan Luar Biasa >> <<Luar Biasa Menyenangkan Berkarakter >>

Jumat, 17 Desember 2010

Kurikulum Pembentukan Karakter Siswa SMP 2 Kayen

Karakter
Kata “karakter” yang dimaksud dalam tulisan ini, berasal dari bahasa Inggris bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat dan budipekerti.
Karakter seseorang disengaja atau tidak, didapatkan dari orang lain yang sering berada di dekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia mulai meniru untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang masih polos seringkali akan mengikuti tingkah laku orang tuanya atau teman mainnya, bahkan pengasuhnya. Erat kaitan dengan masalah ini, seorang psikolog berpendapat bahwa karakter berbeda dengan kepribadian, karena
kepribadian merupakan sifat yang dibawa sejak lahir dengan kata lain kepribadian bersifat genetis.


Ron Kurtus seorang pendiri Situs Pendidikan “School of Champion”, berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behaviour) dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang ada. 

Beberapa karakter yang sudah kita ketahui antara lain pemarah, pemalu, pembohong, jujur, pengiri, munafik, penolong, penyabar, relijius, materialistis, egois, dermawan, sombong, pendiam, tanggung-jawab, tidak-tahu-malu, penurut, otoriter, penyayang, pendendam, tidaktahu-diri dan lain sebagainya.
Karena karakter terbentuk dari proses meniru yaitu melalui proses melihat, mendengar dan mengikuti, maka karakter, sesungguhnya dapat diajarkan secara sengaja. Oleh karena itu seorang anak bisa memiliki karakter yang baik atau juga karakter buruk tergantung sumber yang ia pelajari atau sumber yang mengajarinya.
Erat kaitannya dengan cita-cita SD Bina Talenta yang ingin menghasilkan siswa yang cerdas dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan terpuji dalam keimanan dan ketakwaannya (imtak), maka kini sudah saatnya sekolah memberikan pendidikan “karakter” kepada peserta didiknya yaitu “kurikulum pembentukan karakter”.
Sejak dini siswa perlu diperkenalkan dengan berbagai perilaku positif di antaranya perilaku yang bisa dipercaya, tanggung jawab, perhatian, tidak suka berprasangka buruk, sering berbuat baik, mampu mengendalikan diri saat marah dan kecewa, bisa mengatasi perselisihan, bisa bekerja sama dengan temannya, tidak suka menggertak, sopan dan bisa menghargai orang lain, mau
mendengar pendapat orang lain, memahami perasaan orang lain, bisa menghargai dirinya sendiri, tahu cara meminta bantuan, adil, berperan sebagai teman yang baik, bisa mengatakan “tidak” terhadap ajakan yang tidak baik, bisa mengatasi perselisihan dan lain sebagainya. Tentu saja sederet perilaku tersebut, harus diperkenalkan secara bertahap dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-harinya.
Agar diperoleh hasil yang baik, “pembentukan karakter” dirancang untuk diberikan kepada siswa yang sudah mulai banyak bersosialisasi baik secara intern di sekolah maupun ekstern dengan pihak di luar sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut maka sekolah mulai menerapkannya kepada siswa kelas 4 yang secara psikologis, dianggap telah memahami makna bersosialisasi.
Kurikulum dilaksanakan secara bertahap dan direncanakan pada saat meninggalkan bangku sekolah dasar, seluruh aspek pembentukan karakter telah selesai diberikan termasuk evaluasi di dalamnya.
 

Kurikulum Pembentukan Karakter
elah disinggung sebelumnya, bahwa perilaku positif perlu secara dini diberikan kepada para peserta didik agar mereka dapat memahami manfaatnya dan segera mempraktekannya.
Sesuai rencana, kegiatan dan evaluasi pembentukan karakter siswa dimulai pada semester 2, dengan memperkenalkan aspek-aspek kejujuran, tanggung jawab, menghargai orang lain dan bersikap adil. 

Penyajian materi dan evaluasi dilakukan melalui metoda ceramah, simulasi, diskusi, praktek dan evaluasi yang dilakukan di sekolah dan juga di rumah.
Seperti kurikulum akademis lainnya, maka keberhasilan pelaksanaan “kurikulum pembentukan karakter” ini, juga sangat ditentukan oleh peran aktif orang tua.
 
 
Menurut Howard Gardner, seseorang memiliki peluang yang sangat besar untuk berhasil dalamhidupnya, bila tiga dari tujuh talentanya dapat berkembang dengan baik.
Karakter pada dasarnya merupakan gabungan dari talenta verbal, interpersonal dan intrapersonal,bila kita anggap asumsi tadi benar maka dengan berkarakter baik saja hidup seseorang akan berhasil apalagi bila ia juga “baik atau bahkan luar biasa” dalam kemampuan akademisnya.

Mudah-mudahan para calon pemimpin bangsa yang ada di SMP 2  ini, kelak menjadi insan yang cerdas, jujur, amanah. menyayangi orang tua, saudara dan bangsanya, soleh, solehah, rendah hati dan mencintai negaranya, amin.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Feed Section